Pembelajaran Berbasis Masalah

07/05/2014 21:05

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Program Based Learning (PBL) merupakan bagian pengembangan dari Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Fogarty (1997: 2) mendefinisikan PBL sebagai:

 

“A curriculum model designed around real life problems that are ill structured, open ended or ambiguous,” dan selanjutnya, menunjukkan bahwa “PBL engages students in intriguing, real and relevant intellectual inquiry and allows them to learn from these life situations.”

 

Demikian John Dewey (Sudjana, 2001: 19) mengemukakan bahwa PBM adalah:

 

“Interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Dewey menerangkan bahwa lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.”

 

Selanjutnya, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003 dalam Komalasari, 2013: 58-59) menyatakan bahwa:

 

“PBM merupakan strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai materi pelajaran. Strategi ini mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan, menyintesa, dan mempresentasikan penemuannya kepada orang lain.

 

Demikian halnya Moffitt (2001 dalam Bern & Erickson, 2001: 3) mengemukakan:

 

“An approach that engages learners in problem-solving investigations that integrate skills and concepts from many content areas. This approach includes gathering information around a question, synthesizing it, and presenting findings to others.”

 

Sebagaimana disepakati para ahli (Bern & Erickson, 2001: 5; Komalasari, 2013: 7; Yeung dalam Bilqin, 2009: 154; Tan dalam Rusman, 2010: 229) yang menyatakan bahwa PBM merupakan suatu cara yang mendorong siswa untuk memahami lebih dalam dari suatu materi secara mandiri melalui proses kerja kelompok (mengumpulkan, menyatukan, dan mempresentasikan informasi/ penemuan) yang berorientasi pada masalah nyata di sekitarnya. Hal tersebut merupakan strategi yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dalam berbagai disiplin ilmu, sehingga para siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dasar, tetapi juga memperoleh pengalaman bagaimana menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Sardiman (2006, 222) menegaskan bahwa:

 

“PBM yang termasuk dalam pembelajaran kontekstual ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengkaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.”

 

Berdasarkan pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa titik awal PBL adalah masalah dan bagaimana pemecahannya dilakukan oleh siswa. PBL merupakan pembelajaran yang menciptakan kondisi belajar yang menumbuhkan rasa percaya diri, sikap, dan perilaku yang inovatif dan kreatif pada siswa dengan menghubungkan komponen-komponen pendidikan. Komponen-komponen tersebut termasuk ialah kurikulum, media pembelajaran, materi bahan ajar, pengalaman siswa, dan fakta masalah sosial di sekitar siswa. Siswa didorong untuk berpartisipasi dan mendapatkan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah di lapangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya.

Pembelajaran ini mampu menantang atau menarik perhatian siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata, karena guru menyajikan ke dalam kelas masalah-masalah kontekstual yaitu masalah yang dilihat atau dihadapi secara langsung oleh siswa baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan pemecahannya secara langsung.

Dasna & Sutrisno (2008: 1) mengemukakan bahwa:

 

“PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.”

 

Bila mengacu kepada pandangan Blumhof, Hall & Honeybone (2001: 6):

 

“PBL is an approach to learning and teaching that encourages the development and application of problem-working strategies and the acquisition of disciplinary knowledge bases and skills by placing students in the role of problem-workers. The emphasis may vary between attention given to the process of problem-working to greater attention being given to the solving of the problem. Students usually work in small groups on specific problem-based exercises supported by relevant case study material and tutor expertise. The problem has to be analysed in terms of underlying principles, mechanisms or processes through group discussion and the study of relevant resources. PBL is often introduced at an early stage of the HE learning process and problems presented are appropriate to the level of study. At this early stage tutors usually need to provide a substantial amount of scaffolding and guidance. During subsequent years, problems may increase in complexity and tutor scaffolding decreases culminating in a final year project.”

 

Maka dalam implementasikan PBL pengajar harus mampu menghadirkan masalah yang relevan dan dianalisis dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari, mekanisme atau proses melalui diskusi kelompok dan studi sumber daya yang relevan.