Aksi-aksi menarik ditampilkan anak-anak desa Metun Sajau dalam permainan tradisional pada suatu siang di musim kemarau menandakan bahwa di desa ini masih terwaris permainan yang dikembangkan oleh leluhur, yaitu perang-perangan dengan menggunakan senjata kayu berpeluru dahan Singkong.
Dalam pantauan saya, permainan kuno ini melatih mental dan motorik anak-anak karena selama permainan ini anak-anak yang terbagi ke dalam dua kelompok berlawan terus berlari menghindari dan menyerang kelompok lawan untuk menang permainan. Tentu dalam permainan ini anak-anak yang takut tidak akan menang. Bisa dibilang, yang berani mati yang menang!
Senjata terbuat dari papan dan karet gelang. Papan sebagai media senjata, sedang karet gelang sebagai pengerat belatuk dan pelontar peluru. Cara permbuatan senjata untuk permainan ini, pertama, papan digambar menyerupai senjata. Kemudian bentuk dengan peralatan; parang, gergaji, dan lain-lain.
Setelah papan terbentuk menyerupai senjata, pasangkan karet gelang pada ujung senjata sebagai pengerat kokangan peluru dan pelontar peluru. Jumlah karet gelang sesuai kebutuhan.
Senjata Kayu Peluru Singkong pun telah jadi. Selanjutnya adalah menyiapkan peluru yang berbahan kayu singkong. Bagian kayu songkong yang digunakan adalah bagian batang pada pokok tangkai daun singkon.
Selanjutnya, setelah senjata dan peluru telah diperoleh, maka perang pun dimulai. Anak-anak membagi jumlah mereka ke dalam dua kelompok yang akan saling berperang. Kelompok dalam kondisi yang seimbang.
Peperangan berlangsung di hutan atau pun di sekitar perumahan warga desa.
Oleh: Robert Usat