Seni Pahat dan Ukir Suku Dayak Kenyah Bakung

Seni Pahat dan Ukir Suku Dayak Kenyah Bakung

Seni pahat pada suku Dayak Kenyah Bakung berupa tiruan bentuk manusia, hewan, dan sebagainya dari batu, kayu, dan bahan material lainnya sejak lama (waktu tidak bisa ditentukan) hingga sekarang. Namun, kini hanya sedikit generasi mudanya yang suka dan mampu memahat dengan baik.

 

Seperti karya seni dari etnis lainnya di Indonesia, patung-patung hasil karya suku Dayak Kenyah Bakung mengandung nilai seni dan artistik tinggi. Bentuk, motif dan kayu sebagai bahan dasar yang digunakan mempengaruhi nilai seni dan harga patung yang dibuat.

 

Patung pada suku Dayak Kenyah Bakung berfungsi sebagai kelengkapan bangunan. Untuk keperluan ini, biasanya berupa patung berukuran dari kecil hingga besar sesuai kebutuhan bangunan. Patung tidak hanya ditempatkan pada bangunan adat (amin adet), tapi juga pada bangunan publik seperti; gereja, balai desa, gapura, bangunan pasar, dan sebagainya sebagai bentuk artistik suku ini.

 

Seni ukir (udo) pada suku Kenyah Bakung berupa lukisan atau gambar bunga, daun, dan binatang yang abstrak. Pada suku Dayak Kenyah Bakung terdapat gambar identik, misalnya gambar asu (anjing) melambangkan kelunan panyen dan ape tali (ekonomi kelas bawah), sedang gambar macan dan manusia melambangkan kelunan paren dan panyen aung (masyarakat ekonomi kelas atas/bangsawan).

 

Ukiran biasanya dijadikan penghias pada berbagai barang khas seperti, baying (parang), keleput (sumpit), kelembit (tameng), lungun (peti), ventilasi, lemari, pintu dan sebagainya.

 

Kembali ke Seni Budaya Suku Dayak Kenyah Bakung

 

Penulis: Robert Usat