Baying dan Ilang Suku Dayak Kenyah Bakung

07/07/2014 01:07

Baying

Baying pada masyarakat suku Dayak Kenyah Bakung, adalah senjata tajam sejenis parang. Baying memiliki ukiran-ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah baying.

 

Baying terbuat dari besi dan kayu dan atau tulang. Besi merupakan bahan dasar bilah baying, sedang kayu dan atau tulang menjadi bahan dasar pegangannya.

 

Baying selain digunakan untuk memotong rumput, kayu, dan daging, baying juga digunakan sebagai benda perhiasan (cinderamata) dan persembahan untuk rekan, persaudaraan, pertunangan, dan sebagainya sebagai lambang perdamaian, penerimaan dan lain-lain.

 

Ilang

Ilang (pisau) secara sederhana dapat disebut "anak baying". Ilang umumnya digunakan oleh suku Dayak Kenyah Bakung untuk mengiris bahan baku makanan dan atau untuk mengukir (mengerut) benda keras, seperti; kayu, bambu, tulang.

 

Ilang lebih kecil dari pada baying. Namun sama seperti baying, ilang terbuat dari bahan dasar besi dan kayu atau tulang. Hanya saja julut kayu pada ilang lebih panjang, sedang baying julur kayu hanya pada genggamannya saja.

 

Baying dan ilang memiliki tempat penyimpan yang disebut Suwa.

 

Suwa

Suwa adalah sarung bilah baying dan ilang. Suwa terbuat dari kayu, dan lazimnya dihias dengan ukiran. Pada suwa diberi tempusar[1], yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uwei (rotan). Selain itu pada suwa terikat pula semacam kantong yang terbuat dari kulit kayu untuk ilang. Suwa yang menyarung baying dan ilang biasanya diikatkan di pinggang dengan jalinan uwei.

 

Kembali ke Seni Budaya Suku Dayak Kenyah Bakung

 

Penulis: Robert Usat



[1] Pusar: cekungan di tengah-tengah.

 

Klik gambar untuk melihat seni pahat dan seni ukir suku Dayak Kenyah Bakung

The image gallery is empty.

Seni Budaya Suku Dayak Kenyah Bakung